INFO PENTING.....!!!! Mengenal CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTR), Sangat Bermanfaat Bagi Kesehatan Tubuh Kita...!!!!

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280


Plexus brachialis yaitu anyaman (Latin : plexus) serat saraf yang jalan dari tulang belakang C5-T1, lalu melalui sisi leher dan ketiak serta pada akhirnya ke semua lengan (atas serta bawah). Serabut saraf yang ada akan didistribusikan ke berberapa sisi lengan. Plexus brachialis diawali dari limaramiventral dari saraf spinal. Rami (tunggal : ramus yang bermakna " akar ") akan berhimpun membuat 3 trunkus yakni : trunkus superior (C5 serta C6), trunkus inferior (C7) serta Trunkus medialis (C8 serta T1). Setiap trunkus bakal bercabang membuat dua divisi yakni divisi anterior serta divisi posterior. Enam divisi yang ada bakal kembali menyatu serta membuat fasciculus. Setiap fasciculus dinamakan sesuai sama letaknya pada arteri axillaris.

 Fasciculus posterior terbentuk dari tiga divisi posterior setiap trunkus.
 Fasciculus lateralis terbentuk dari divisi anterior trunkus anterior serta medalis.
 Fasciculus medalis yaitu lanjutan dari trunkus inferiorNervus medianus (C5, 6, 7, 8 ; T1) dibuat di aksila oleh satu radik dari semasing radiks medial serta lateral pleksus brakialis. Origo N. Medianus dari penyatuan dua radiks dari serabut medial serta lateral di samping lateral a. aksilaris pada aksila. N. Medianus pada awalnya terdapat di samping lateral a. brakialis tetapi lalu menyilang ke samping medial pertengahan lengan. N. Medianus melalui sisi dalam aponeurosis bisipitalis lalu diantara ke-2 kaput m. pronator teres. Bercabang jadi cabang interoseus anterior yg tidak jauh di bawahnya. Cabang ini turun berbarengan a. interosea anterior serta memasok darah ke otot-otot profunda. Lalu cabang yang lain menuju m. fleksor karpi radialis, m. fleksor digitorum superfisialis, m. palmaris longus. Sedikit diatas pergelangan tangan nampak di segi lateral m. fleksor digitorum superfisial serta bercabang jadi cabang kutaneus palmaris yang membawa serabut sensorik. Di pergelangan tangan melalui dibawah retinakulum muskulorum fleksorummanus (lewat kanalis karpal).


Carpal Tunnel Syndrome

I. DEFINISI 

 Carpal Tunnel Syndrome (CST / STK) yaitu himpunan tanda-tanda akibat penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada terowongan itu atau akibat kelainan pada tulang-tulang kecil pada tangan yang mengakibatkan penggunaan pada nervus medianus di pergelangan tangan. Terlebih dulu sindroma ini dapat dimaksud dengan nama acroparesthesia, median thenar neuritis atau partial thenar atrophy. STK pertama kalinya dikenal sebagai sindroma klinik oleh Sir James Paget pada masalah stadion lanjut fraktur radius sisi distal (1854). STK spontan pertama kalinya dilaporkan oleh Pierre Marie serta C. Foix pada th. 1913. Arti STK dikenalkan oleh Moersch pada th. 1938.
 Terowongan karpal ada dibagian sentral dari pergelangan tangan dimana tulang serta ligamentum membuat satu terowongan sempit yang dilewati oleh sebagian tendon serta nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membuat basic serta beberapa segi terowongan yang keras serta kaku sedang atapnya dibuat oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament serta palmar carpal ligament) yang kuat serta melengkung diatas tulang-tulang karpalia itu. Tiap-tiap pergantian yang mempersempit terowongan ini bakal mengakibatkan desakan pada susunan yang paling rawan di dalamnya yakni nervus medianus.

II. EPIDEMIOLOGI 
 Penyakit ini umumnya muncul pada umur 35-55 th.. Wanita semakin banyak menanggung derita penyakit ini dari pada pria. Biasanya pada kondisi awal berbentuk unilateral namun lalu dapat berkembang jadi bilateral. Umumnya berlangsung pada tangan yang menguasai.

III. ETIOLOGI 
 Terowongan karpal yang sempit terkecuali dilewati oleh nervus medianus juga dilewati oleh sebagian tendon fleksor. Tiap-tiap keadaan yang menyebabkan penyempitan terowongan ini bisa mengakibatkan terjadinya penekanan pada nervus medianus hingga timbullah tanda-tanda STK. Pada beberapa masalah, etiologinya tak di ketahui, terlebih pada pasien lansia. Sebagian penulis menghubungkan gerakan yang berkali-kali pada pergelangan tangan dengan menambahnya kemungkinan menanggung derita masalah pada pergelangan tangan termasuk juga STK.

IV. PATOFISIOLOGI 
 Terdapat banyak hipotesa tentang patogenese dari STK. Beberapa besar penulis memiliki pendapat kalau aspek mekanik serta vaskular memegang fungsi utama dalam terjadinya STK. Biasanya STK berlangsung dengan cara kritis dimana berlangsung penebalan fleksor retinakulum yang mengakibatkan desakan pada nervus medianus.
 Desakan yang berkali-kali serta lama bakal menyebabkan peninggian desakan intrafasikuler. Mengakibatkan aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang berlangsung ini bakal mengganggu nutrisi intrafasikuler lantas diikuti oleh anoksia yang bakal mengakibatkan kerusakan endotel. Rusaknya endotel ini bakal menyebabkan kebocoran protein hingga berlangsung edema epineural. Hipotesa ini menjelaskan bagaimana keluhan nyeri yang muncul saat malam/pagi hari bakal menyusut sesudah tangan yang ikut serta digerak-gerakkan atau diurut (mungkin saja akibat berlangsung perbaikan sesaat pada aliran darah). Jika keadaan ini selalu berlanjut bakal berlangsung fibrosis epineural yang mengakibatkan kerusakan serabut saraf. Lama kelamaan saraf jadi atrofi serta digantikan oleh jaringan ikat yang menyebabkan manfaat nervus medianus terganggu secara detail. Pada STK akut umumnya berlangsung penekanan yang melebihi desakan perfusi kapiler hingga berlangsung masalah mikrosirkulasi serta muncul iskemik saraf. Kondisi iskemik ini diperberat lagi oleh penambahan desakan intrafaskuler yang mengakibatkan berlanjutnya masalah aliran darah. Setelah itu berlangsung vasodilatasi yang mengakibatkan edema, hingga sawar darah saraf terganggu. Mengakibatkan berlangsung rusaknya pada saraf itu. Desakan segera pada saraf perifer dapatlah menyebabkan invaginasi Nodus Ranvier serta demielinisasi local hingga konduksi saraf terganggu.

V. PENEGAKAN DIAGNOSIS 

 Terkecuali diliat dari tanda-tanda klinis, penegakan diagnosis STK dapat juga dengan dikerjakannya kontrol provokasi, yakni :
1. Thenar wasting. Pada inspeksi serta palpasi bisa diketemukan ada atrofi otot-otot thenar.

2. Menilai kemampuan serta keterampilan dan kekuatan otot dengan cara manual ataupun dengan alat dinamometer. Pasien disuruh untuk lakukan abduksi maksimal palmar lalu ujung jari dipertemukan dengan ujung jari yang lain. Di nilai juga kemampuan jepitan pada ujung jari-jari itu. Keterampilan/ketepatan dinilai dengan memohon pasien lakukan gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam.

 3. Wrist extension test. Pasien lakukan ekstensi tangan dengan cara optimal, baiknya dikerjakan serentak pada ke-2 tangan hingga bisa dibanding. Apabila dalam 60 detik muncul beberapa gejala seperti STK, jadi tes ini menyangga diagnosis STK.

4. Phalen's test. Pasien lakukan fleksi tangan dengan cara optimal. Apabila kurun waktu 60 detik muncul tanda-tanda seperti STK, tes ini menyangga diagnosis. Sebagian penulis memiliki pendapat kalau tes ini begitu peka untuk menegakkan diagnosisSTK.



 5. Torniquet test. Dikerjakan pemasangan tourniquet dengan memakai tensimeter diatas siku dengan desakan sedikit diatas desakan sistolik. Apabila dalam1 menit muncul tanda-tanda seperti STK, tes ini menyangga diagnosis.

 6. Tinel's sign. Tes ini mensupport diagnosis hila muncul parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus bila dikerjakan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.



 7. Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan memakai ibu jari. Setelah kurun waktu kurang dari 120 detik muncul tanda-tanda seperti STK, tes ini menyangga diagnosis .

 8. Luthy's sign (bottle's sign). Pasien disuruh melingkarkan ibu jari serta jari telunjuknya pada botol atau gelas. Apabila kulit tangan pasien tidak bisa menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif serta mensupport diagnosis.

 9. Kontrol sensibilitas. Apabila pasien tidak bisa membedakan dua titik (two-point discrimination) pada jarak kian lebih 6 mm di daerah nervus medianus, tes dikira positif serta menyangga diagnosis.

 10. Kontrol manfaat otonom. Di perhatikan adakah ketidaksamaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Apabila ada bakal mensupport diagnosis STK.

VI. TERAPI 

a. Therapy Konservatif
- Istirahatkan pergelangan tangan
- Obat anti inflamasi non steroid
- Pemasangan bidai pada posisi netral
- Injeksi steroid dengan triamcisolon/dexamethasone
- Vitamin B6 (piridoksin) 100-300 mg / hari
- Fisioterapi, diperuntukkan untuk perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan
b. Therapy operatif
Tanda-tanda:
- Therapy konservatif dengan semuanya modalitas therapy gagal
- Atrofi otot-otot thenar
- Masalah sensorik yang berat

VII. KOMPLIKASI & PROGNOSIS 

 Pada masalah STK enteng, dengan therapy konservatif biasanya prognosa baik. Pada umumnya prognosa operasi juga baik, namun lantaran operasi cuma dikerjakan pada pasien yang telah lama menanggung derita STK pengobatan post operatifnya bertahap. Perbaikan yang paling cepat dirasa yaitu hilangnya rasa nyeri yang lalu diikuti perbaikan sensorik. Umumnya perbaikan motorik serta otot-otot yang alami atrofi baru didapat lalu. Keseluruhnya sistem perbaikan STK sesudah operasi ada yang hingga mengonsumsi saat 18 bln.. Apabila sesudah dikerjakan aksi operasi, tak juga didapat perbaikan jadi diperhitungkan kembali peluang di bawah ini :

 1. Kekeliruan menegakkan diagnosis , mungkin saja desakan pada nervus medianus ada ditempat yang lebih proksimal.

 2. Sudah berlangsung rusaknya keseluruhan pada nervus medianus.

 3. Berlangsung STK yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik. Komplikasi yang bisa didapati yaitu kekurangan serta hilangnya sensibilitas yang persisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat yaitu reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia, disestesia serta ganggaun trofik. Meskipun prognosa STK dengan therapy konservatif ataupun operatif cukup baik, namun kemungkinan untuk kambuh kembali tetap masih ada. Apabila berlangsung kekambuhan, prosedur therapy baik konservatif atau operatif bisa diulangi kembali.


sumber; www.infosehatku.com
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "INFO PENTING.....!!!! Mengenal CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTR), Sangat Bermanfaat Bagi Kesehatan Tubuh Kita...!!!!"

Posting Komentar

Iklan 300x250