ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Selama hampir sembilan tahun menetap di Mekah sembari menguruskan jemaah haji dan umrah, saya sudah lewat berbagai pengalaman menarik serta yang pahit. Bagaimana juga, dalam banyak peristiwa yang saya alami, ada satu kejadian yang tidak akan pernah saya dapat lupakan. Cerita ini terjadi pada seorang wanita yang berumur di pertengahan 30-an pada saat saya mengurus satu rombongan haji.Sumber : Google. com
Setibanya wanita itu dan rombongan haji di Lapangan Terbang Jeddah kami sambut dengan satu bus. Semua terlihat riang sebab ini yaitu pertama kalinya mereka melaksanakan haji. Kemudian saya membawa mereka menaiki bus serta dari situ, kami menuju ke Madinah.
Alhamdulillah, semuanya jalan lancar hingga kami hingga di Madinah. Tiba di Madinah, semua orang turun dari bus. Turunlah mereka satu persatu hingga tiba pada giliran wanita itu. Tanpa ada sebab yang jelas tiba-tiba wanita itu jatuh tak sadarkan diri, yang secara segera sesudah mencapai bumi Madinah.
Sebagai orang yang dipertanggungjawabkan mengurusi jemaah itu, saya juga bergegas menuju ke arah wanita itu. “Jemaah ini sakit” kata saya pada jemaah-jemaah yang lain.
Situasi yang semula tenang dan merta bertukar jadi kuatir serta semuanya jemaah tampak cemas atas peristiwa ini.
“Badan dia panas serta menggigil. Jemaah ini tidak sadarkan diri, cepat tolong saya…kita bawa dia ke tempat tinggal sakit” kata saya. Tanpa ada menghabiskan waktu, kami mengangkat wanita itu serta membawanya ke tempat tinggal sakit Madinah yang terdapat tak jauh dari situ. Disamping itu, jemaah yang lain diantar ke tempat penginapan semasing. Hingga dirumah sakit Madinah, wanita itu masihlah belum sadarkan diri. Beragam usaha dikerjakan oleh dokter untuk memulihkannya, tetapi semua tidak berhasil.
Disamping itu, pekerjaan mengurusi jemaah butuh saya lanjutkan. Saya sangat terpaksa meninggalkan wanita tersebut di tempat tinggal sakit. Tetapi dalam aktivitas mengurusikan jemaah, saya menghubungi tempat tinggal sakit Madinah untuk tahu perubahan wanita itu. Tetapi, saya di beri berita kalau dia masihlah tak sadarkan diri. Selepas dua hari, wanita itu masihlah tak sedarkan diri. Saya semakin kuatir, maklumlah, itu yaitu pengalaman pertama saya bertemu dengan kondisi seperti itu.
Semuanya usaha untuk memulihkannya tidak berhasil, jadi wanita itu dibawa ke tempat tinggal sakit Abdul Aziz Jeddah untuk memperoleh perawatan lanjut sebab tempat tinggal sakit di Jeddah lebih komplit keringanannya dibanding tempat tinggal sakit Madinah. Tetapi usaha untuk memulihkannya masihlah gagal. Jadwal Haji mesti diteruskan. Kami pergi ke Mekah untuk kerjakan beribadah haji. Usai haji, saya segera pergi ke Jeddah. Malangnya, hingga tempat tinggal sakit Abdul Aziz, saya diberitahu oleh dokter bahawa wanita itu masihlah koma. Bagaimanapun, kata doktor, kondisinya stabil. Lihat kondisinya itu, saya ambillah ketentuan untuk menunggunya dirumah sakit.
Sesudah dua hari menanti, pada akhirnya wanita itu buka matanya. Dari pojok matanya yang terbuka sedikit itu, dia melihat ke arah saya serta selalu memeluk saya dengan erat sembari menangis terisak-isak. Saat itu saya begitu bingung, Saya ajukan pertanyaan pada wanita itu,
“Kenapa anda menangis? ”
“Ustazah…. saya taubat Ustazah. Saya menyesal, saya takkan berbuat lagi beberapa hal yg tidak baik. Saya bertaubat, benar-benar bertaubat. ”
“Kenapa anda mendadak menginginkan bertaubat? ” bertanya saya masih tetap dalam kondisi bingung. Wanita itu selalu menangis terisak-isak tanpa ada menjawab pertanyaan saya itu. Selang beberapa saat dia bertemura, bercerita pada saya kenapa dia berkepribadian sekian, narasi yang untuk saya butuh di ambil hikmahnya oleh kita semuanya.
Tuturnya, “Ustazah, saya ini telah berumah tangga, menikah dengan lelaki orang kulit putih. Namun saya salah. Saya ini hanya Islam pada nama serta keturunan saja. Saya tidak pernah kerjakan beribadah. Saya tak sholat, tak puasa, semuanya amalan beribadah saya serta suami tak pernah saya lakukan, tempat tinggal saya penuh dengan botol minuman.
Dengan suara tersekat-sekat, wanita itu menceritakan, “Ustazah…Allah itu Maha Besar, Maha Agung, Maha Kaya. Semasa koma, saya sudah diazab dengan siksaan yang betul-betul pedih atas semua kesalahan yang sudah saya bikin sampai kini.
“Betulkah? ” bertanya saya terperanjat. “Betul Ustazah. Sepanjang koma itu saya sudah diperlihatkan oleh Allah mengenai balasan yang Allah berikan pada saya. Balasan azab Ustazah, bukanlah balasan syurga.
Saya rasa seperti diazab di neraka. Saya ini seumur hidup tidak pernah gunakan jilbab. Sebagai balasan, rambut saya ditarik dengan bara api. Sakitnya tak dapat saya katakan dengan kalimat.
Menjerit-jerit saya minta ampun mohon maaf pada Allah. ” “Bukan itu saja, buah dada saya juga diikat serta dijepit dengan penjepit yang di buat dari pada bara api, lalu ditarik kesana-sini…putus, jatuh kedalam api neraka. Buah dada saya hancur terbakar, panasnya bukanlah main. Saya menjerit, menangis kesakitan. Saya masukan tangan kedalam api itu serta saya ambillah buah dada itu kembali. ”
Tanpa ada mempedulikan pasien lain, suster juga memperhatikan wanita itu selalu menceritakan. Menurut dia lagi, sehari-hari dia disiksa, tanpa ada henti, 24 jam satu hari. Dia tak di beri saat untuk beristirahat atau dilepaskan dari hukuman, selama hidup koma itu dilaluinya dengan azab yang sangat pedih.
Dengan nada terbata-bata, dengan berlinangan air mata, wanita itu melanjutkan ceritanya, “Hari ke hari saya disiksa. Apabila rambut saya ditarik dengan bara api, sakitnya merasa seperti kulit kepala yang turut lepas. Panasnya juga mengakibatkan otak saya merasa seperti menggelegak.
Azab itu pedih…pedih yang sangat sangat…tidak dapat saya ungkapkan. Sembari menceritakan, wanita itu selalu meraung, menangis terisak-isak. Tampak dia benar-benar menyesal atas semuanya kekeliruannya. Saya juga termenung, kaget serta menggigil mendengar ceritanya. Begitu pedih balasan Allah pada umatnya yang ingkar.
“Ustazah… buat saya, Islam cuma nama saja, namun saya minum alkohol, saya main judi serta semua jenis dosa besar. Lantaran saya sukai makan serta minum apa yang diharamkan Allah, semasa tak sadarkan diri itu saya sudah di beri makan buah-buahan yang berduri tajam.
Buah yang tidak diisi tetapi cuma duri-duri saja, namun saya begitu menginginkan mengkonsumsinya, lantaran saya betul-betul terasa lapar.
“Bila ditelan buah-buah itu, duri-durinya menusuk kerongkongan saya apabila hingga ke perut merasa menusuk perut saya. Sedang jari yang tertusuk jarum juga merasa sakitnya.
Sesudah buah-buah duri itu habis, saya di beri makan berbentuk bara-bara api. Ketika saya masukan bara api itu kedalam mulut, semua tubuh saya rasa-rasanya seperti terbakar hangus. Panasnya hanya Allah saja yang tahu. Api yang ada didunia ini akan tidak sama juga dengan kepanasannya. Sesudah mengonsumsi bara api itu, saya memohon minuman, tapi…saya disajikan dengan minuman yang di buat dari nanah. Baunya cukup busuk, saya sangat terpaksa meminumnya sebab saya begitu terasa haus. Semuanya sangat terpaksa saya lewati, tidak pernah saya alami selama hidup didunia ini. ”
Saya selalu mendengar narasi wanita itu dengan telaten. Begitu merasa kebesaran Allah. “Semasa diazab itu, saya merayu memohon pada Allah agar diberikan nyawa sekali lagi, berilah saya kesempatan untuk hidup sekali lagi. Tidak berhenti saya memohon. Saya berjanji akan tidak mengulangi kekeliruan saya. Saya berjanji akan tidak ingkar atas perintah Allah serta bakal jadi umat yg soleh. Saya berjanji bila saya dihidupkan kembali, saya bakal perbaiki semua kekurangan serta kekeliruan saya dulu, saya bakal mengaji, bakal sholat, bakal puasa yang sampai kini saya tinggalkan. ”
Saya termenung mendengar narasi wanita itu. Benarlah, Allah itu Maha Agung serta Maha Berkuasa. Kita manusia ini tidak bakal lepas dari balasanNya. Bila baik amalan kita jadi baiklah balasan yang bakal kita terima, bila jelek amalan kita, jadi azablah kita di akhirat nantinya.
Alhamdulillah, wanita itu sudah melihat sendiri kebenaran Allah. “Ini bukanlah mimpi ustazah. Bila mimpi azabnya akan tidak merasa hingga sepedih ini. Saya bertaubat Ustazah, saya tidak bakal ulangilah lagi kekeliruan saya. Saya bertaubat… saya taubat Nasuha, ” tuturnya sembari menangis-nangis. Mulai sejak itu wanita itu betul-betul beralih. Apabila saya membawanya ke Mekah, dia jadi jemaah yang paling khusuk.
Amal ibadahnya tidak pernah berhenti. Misalnya, bila wanita itu pergi ke masjid pada saat maghrib, dia cuma bakal balik ke hotelnya selepas sholat subuh. “Kenapa lakukan beribadah hingga tak ingat saat? anda harus juga melindungi kesehatan. Pulanglah sesudah sholat Isya, makan nasi atau istirahatlah sejenak…” tegur saya.
“Tidak apa-apa Ustazah. saya membawa buah kurma. saya mengkonsumsinya sewaktu saya terasa lapar. ” Menurut wanita itu, selama ada didalam Masjidil Haram, dia menginginkan membayar sholat yang ditinggalkannya dulu.
Diluar itu dia berdoa, mohon pada Allah agar mengampunkan dosanya. Saya kasihan melihatkan kondisi wanita itu, takut lantaran beribadah serta desakan perasaan yang keterlaluan dia bakal jatuh sakit. Jadi saya menasihatkan agar tak melaksanakan ibadah keterlaluan sampai meremehkan kesehatannya.
“Tidak bisa Ustazah. Saya takut…saya telah rasakan pedihnya azab Tuhan. Ustazah tak terasa, Ustazah tak tahu rasa-rasanya. Bila Ustaz telah rasakan azab itu, Ustazah akan jadi seperti saya. Saya betul- benar bertaubat. ”
Wanita itu juga berpesan pada saya, tuturnya, “Ustazah, bila ada wanita Islam yang tidak gunakan jilbab, Ustazah ingatkanlah pada mereka, gunakanlah jilbab. Cukup saya saja yang rasakan siksaan itu, saya tidak ingin ada wanita lain yang rasakan hal seperti yang saya telah rasakan. Semasa diazab, saya lihat larangan-larangan Allah, salah nya ialah tiap-tiap sehelai rambut wanita Islam yang berniat dipertunjukkan pada lelaki yang bukanlah mahromnya, jadi dia diberikan satu dosa. Bila ada 10 lelaki yang bukanlah mahrom lihat sehelai rambut saya ini, jadi saya memperoleh 10 dosa. ”
“Tapi Ustazah, rambut saya ini banyak jumlahnya, beribu-ribu. Bila seseorang lihat rambut saya, itu bermakna beribu-ribu dosa yang saya bisa. “Saya punya niat, sepulang saya dari haji ini, saya minta tolong dari ustazah agar ingin mengajarkan suami saya sholat, puasa, mengaji, serta kerjakan semuanya beribadah. Saya menginginkan mengajak suami pergi haji. Seperti saya, suami saya itu Islam pada nama saja. Namun itu semuanya yaitu kekeliruan saya. Saya telah membawa dia masuk Islam, namun saya tak menuntun dia. Bukanlah itu saja, sayalah sebagai seperti orang yang bukanlah Islam. ”
Sejak kembali dari haji itu, saya tidak mendegar cerita tentang wanita tersebut. Bagaimana pun, saya percaya dia sudah menjadi wanita yang benar-benar solehah. Adakah dia berbohong kepada saya tentang ceritanya diazab semasa koma? Tidak. Saya percaya dia berkata benar. Jika dia berbohong, kenapa dia berubah dan bertaubat Nasuha? Satu lagi, cobalah bandingkan azab yang diterimanya itu dengan azab yang digambarkan oleh Allah dan Nabi dalam Al-Quran dan hadish. Adakah ia berbohong ?
Benar, apa yang terjadi itu memang kita tidak dapat membuktikannya secara saintifik, tapi bukankah soal dosa dan pahala, syurga dan neraka itu perkara ghaib?
Janganlah bila kita sudah meninggal dunia, bila kita sudah diazab barulah kita mau percaya bahwa “Oh… memang betul apa yang Allah dan Rasul katakan. Aku menyesal…” Itu sudah terlambat. Raihlah 5 peluang sebelum datang 5 rintangan, Kaya sebelum miskin, Senang sebelum susah, Sehat sebelum sakit, Muda sebelum tua dan waktu Hidup sebelum mati
Walahualam Bisawab, Semoga kisah ini membawa kita menjadi umat yang lebih mengerti bahwa dunia bukanlah tempat terakhir, masih ada akhirat, masih ada alam lain yang sudah menanti kita sebagai mana dituliskan dalam Al Qur’an. Semoga kita menjadi umat yang senantiasa beribadah kepada Allah.
Sumber: Berbagai Refrensi
0 Response to "Kisah Nyata Seorang Wanita Cantik di Azab Ditanah Suci Yang Membuat Terharu Setelah Membacanya "
Posting Komentar